Kembali lagi di episode menyelesaikan-draft-yang-lama-tertimbun, kali ini saya bakal sedikit cerita tentang salah satu kegiatan yang saya kangenin banget dan sering saya lakuin selama numpang hidup di Jepang: Jalan Jalan Ke Taman.
Kegiatan jalan-jalan ke taman ini kadang-kadang dilakukan secara nggak sengaja karena memang ada beberapa taman yang pasti dilewati selama perjalanan jalan kaki ke kampus. Tapi, jalan-jalan di taman serta keberadaan taman itu sendiri menjadi hal yang membuat saya amaze banget selama di sana, karena hal ini sering banget jadi contoh selama saya kuliah Arsitektur Lanskap. Saya selalu bilang kalau saya seneng banget bisa dapet kesempatan membuktikan dengan mata kepala saya sendiri kalau semua yang dosen saya jelasin itu benar.
Saking obsessed-nya sama taman di Jepang, saya sampe pernah nulis tentang itu di salah satu tugas kuliah, plus pernah juga ngebahas tentang ini di Final Seminar buat kelulusan program. Intinya dari yang saya bahas di kedua momen itu adalah "Bagaimana Jepang punya bentuk taman yang ideal dari sisi lokasi, jumlah, dan fungsinya". Selengkapnya bisa baca di salah satu tugas kuliah saya itu. Jangan sampe saya berbusa ngoceh lagi untuk ketiga kalinya. Udah keseringan, hahaha.
Salah satu dari beberapa taman yang saya lewatin selama perjalanan dari apart ke kampus adalah Fuchu Park atau Fuchu-Koen, dimana Fuchu adalah nama kota tempat saya tinggal di dalam Tokyo Raya/Greater Tokyo. Lokasi tepatnya saya kurang paham, cuma sepertinya dia bakal saya temuin setelah saya melewati setengah perjalanan ke kampus. Saya selalu lewat taman ini karena: satu, saya gak tau jalan lain; dua, saya suka buta arah; dan tiga, saya pasti bakal nyasar kalo sok-sok mau nyoba jalan lain karena sekali lagi saya buta arah.
Salah satu bangku iconic yang ada di sisi luar taman (pinggir jalan). Biasanya saya duduk disini kalau agak pegel jalan, pengen minum bentar, atau kadang pengen menikmati suasana aja kalau bisa lagi bisa pulang cepet dari kampus (kalau berangkat hampir nggak pernah ditengok karena selalu buru-buru)
Sebenernya tamannya sederhana, ada lapangan besar tempat biasa diadain acara-acara di tengahnya kayak pasar malem, kolam, alat fitness outdoor, tempat bermain anak, dan sebuah vocal point gede yang bentuknya kayak salah satu huruf kanji tapi nggak tau apa (mungkin juga sebenernya maksudnya bukan huruf kanji tapi sotau aja). Tapi yang spesial adalah, karena intensitas lewat yang tinggi, saya jadi bisa mengabadikan perubahan taman ini selama perubahan musim.
Musim Panas
Waktu itu saya dapet kesempatan berangkat ke Jepang di awal September, sehingga saya bisa merasakan sedikit sisa-sisa dari musim panas (Summer/Natsu/夏) yang biasanya dimulai dari bulan Juni - Agustus di Jepang. Warna dominannya masih hijau. Kalau dilihat sekilas mungkin orang bisa aja ngira kalau foto ini diambil di Indonesia, haha.
Musim panas adalah musim dimana banyak festival diadakan, salah satunya yang pernah saya datangi dan ceritakan adalah Festival Kuil Nukui. Kenapa kaya gitu, mungkin karena kalau musim panas gaada peluang festival bubar karena tiba-tiba ujan kali ya.
Musim Gugur
Setelah masuk musim gugur (Autum/Aki/秋), saya kepikiran buat ambil foto di spot yang sama persis buat mengabadikan perubahannya, akhirnya saya ambilah foto ini. Musim gugur di Jepang biasanya dimulai pada bulan September – November. Kalau udah masuk musim gugur, warna daun bakal jadi macem-macem banget; kuning, oranye, merah, dan masih ada juga yang warnanya hijau. Di musim gugur ini, sedikit demi sedikit daun-daun di pohonnya bakal makin botak.
Ketika musim gugur, mulai banyak kegiatan-kegiatan di taman, seperti kegiatan tradisi melihat daun gugur atau Momijigari. Disatu sisi bingung sih kenapa daun gugur aja harus diliatin, cuma emang di musim ini cuaca lagi adem dan sepoi-sepoi banget buat nongkrong di bawah pohon sambil makan-makan cantik. Saya bakal ceritakan tentang Momijigari di post berikutnya.
Musim Dingin
Di musim dingin (Winter/Fuyu/ 冬) akhirnya jumlah daun di pohon-pohon bakal berkurang seluruhnya. Musim dingin di Jepang biasanya dimulai pada bulan Desember – Februari. Karena saya harus pulang di awal januari, suasananya belum terlalu winter banget dan belum ada salju. Walaupun pernah cerita kalau sempet kebagian dapet salju satu hari, kayanya lupa juga buat foto.
Sebagai orang yang jompo dan gampang masuk angin, menurut saya musim dingin ini adalah musim yang paling nyiksa karena suhu bisa turun sampai sisa 1 digit. Akhirnya sepanjang musim dingin banyak saya habiskan di kamar sambil nyetel heater kenceng-kenceng. Padahal waktu itu temen-temen saya pada pergi main ski di daerah yang tebel salju. Kalau saya jelas langsung kibar bendera putih.
Musim Semi
Karena cuma 1 semester disana, sayangnya saya belum dapet kesempatan ke Fuchu-Koen lagi di satu musim terakhir yaitu Musim Semi (Spring/Haru/春). Di musim semi yang biasanya berlangsung di Jepang bulan Maret - Mei, suasana pohon-pohon bakal lebih meriah karena ada bunga sakura yang mekar. Padahal ngeliat bunga sakura mekar secara langsung di Jepang adalah salah satu wishlist saya dari dulu yang pernah ditulis di blog ini tahun 2011. Walaupun gak tau juga sih di Fuchu-Koen ada pohon sakura apa engga..
...semoga suatu hari nanti bisa tercapai.
Sf.
Komentar
Posting Komentar
Comments are welcomed! Siapa tahu pertanyaan kamu sudah pernah dijawab, jangan lupa cek dulu pertanyaan yang sering ditanya di Jawaban Pertanyaan Umum/Frequetly Asked Questions (FAQ) ya! Jangan lupa juga centang kotak "notify me"/"beritahu saya" supaya ada notification jika pertanyaannya sudah dijawab. Terimakasih :)