Manajemen hubungan pemangku kepentingan yang efisien merupakan persyaratan penting bagi setiap organisasi yang sukses. Manajemen komunikasi yang efektif menandakan suatu proses di mana berbagai jenis komunikasi disampaikan sedemikian rupa sehingga tujuan penyampaian komunikasi tersebut tercapai secara maksimal. Dalam konteks proyek, sebagaimana disebutkan oleh Kerzner (1987), definisi komunikasi yang efektif mencakup faktor-faktor penting berikut: (a) pertukaran informasi, (b) suatu tindakan atau contoh penyampaian informasi, (c) lisan atau tulisan. pesan, (d) suatu teknik untuk mengungkapkan gagasan secara efektif, dan (e) suatu proses dimana makna dipertukarkan antar individu melalui suatu sistem simbol yang umum.
Kirti Rajhans dalam The IUP Journal Volume XII No 4, 2018 berjudul Effective Communication Management: A Key to Stakeholder Relationship Management in Project-Based Organizations melakukan studi yang bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan komunikasi yang efektif dalam manajemen hubungan pemangku kepentingan dan juga untuk menemukan kerangka metodologis untuk menggunakan komunikasi sebagai alat yang efektif untuk mengelola hubungan pemangku kepentingan yang sukses di semua tingkatan.
Metode yang digunakan pada studi ini adalah melalui survei
kuesioner dan wawancara terstruktur terhadap pemangku kepentingan yang bekerja
di berbagai organisasi proyek. Hasilnya menunjukkan penerapan komunikasi dalam
mengelola berbagai fungsi manajemen pemangku kepentingan. Sebuah kerangka kerja
untuk manajemen komunikasi yang efektif disarankan sebagai bagian dari hasil
yang dapat digunakan oleh para praktisi di
semua jenis organisasi proyek untuk keberhasilan manajemen hubungan
pemangku kepentingan.
Penelitian ini dilakukan dalam dua
tahap. Tahap pertama terdiri dari
melakukan wawancara semi-terstruktur dengan para profesional industri
berpengalaman yang memiliki pengalaman praktis di bidang manajemen pemangku
kepentingan dan dengan demikian memiliki
pemahaman yang lebih baik mengenai isu-isu yang berkaitan dengan manajemen
hubungan pemangku kepentingan dan implikasinya. Para ahli ini dipilih dari empat sektor utama: (a) TI,
(b) Konstruksi, (c) Ketenagalistrikan,
dan (d) Manufaktur. Hal ini memastikan keterwakilan
organisasi-organisasi proyek besar memiliki pandangan yang seimbang mengenai
masalah ini. Peserta wawancara diminta menjawab beberapa pertanyaan terkait
berdasarkan pengalamannya dalam pendekatan wawancara semi terstruktur.
Pertanyaan wawancara termasuk namun tidak terbatas pada pertanyaan seputar: (a)
Pemangku kepentingan yang paling penting, (b) Pentingnya pengelolaan hubungan
dengan pemangku kepentingan untuk mencapai keberhasilan, (c) Permasalahan umum
yang diamati dalam mengelola hubungan dengan pemangku kepentingan, (d) Kemampuan
manajemen komunikasi yang efektif sebagai alat untuk mengelola hubungan
pemangku kepentingan dengan cara yang lebih baik, dan (e) Cara proses manajemen komunikasi dapat
membantu dalam manajemen hubungan pemangku kepentingan proyek yang sukses.
Tahap kedua terdiri dari persiapan dan
pelaksanaan survei kuesioner dengan tujuan eksplorasi lebih lanjut dan validasi
penerapan utama manajemen komunikasi dalam manajemen hubungan pemangku
kepentingan. Setelah mensintesis tanggapan yang diterima dari peserta
wawancara, versi awal kuesioner survei dikembangkan. Sebuah studi percontohan
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian, inklusivitas dan aspek praktis dari
kuesioner. Saran dari peserta survei percontohan dimasukkan dalam kuesioner
akhir. Sebelum difinalisasi, poin-poin utama dicermati kembali berdasarkan
kajian literatur yang dilakukan. Kuesioner survei mencoba memahami pentingnya
komunikasi dalam berbagai aspek pengelolaan hubungan pemangku kepentingan
berdasarkan tanggapan yang diterima dari peserta survei. Kuesioner disiapkan
berdasarkan skala Likert lima poin dimana 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak
setuju; 3 = agak setuju; 4 = setuju; dan 5 = sangat setuju.
Hasil wawancara dengan para profesional industri mengungkapkan bahwa mayoritas responden sepakat tentang pentingnya manajemen pemangku kepentingan dalam keberhasilan proyek. Setelah dilakukan analisa tanggapan peserta pada soal terkait permasalahan pengelolaan hubungan pemangku kepentingan, ditemukan permasalahan sebagai berikut: (a) Distorsi informasi, (b) Keterlambatan informasi, (c) Miskomunikasi antar pemangku kepentingan penting, (d) Konflik antara klien dan kontraktor atau konflik internal di antara tim proyek, (e) Kurangnya satu titik kontak, dan (f) Kurangnya kepercayaan di antara para pemangku kepentingan.
Kemudian hasil studi tahap pertama, yaitu poin-poin yang diperoleh dari wawancara dengan pakar industri, divalidasi dalam survei kuesioner komprehensif. Secara keseluruhan, hasil survei menunjukkan empat faktor utama, yaitu Pentingnya Manajemen Hubungan Pemangku Kepentingan untuk Kesuksesan Proyek, Peran Komunikasi dalam Manajemen Hubungan Pemangku Kepentingan, Komunikasi sebagai Alat untuk Mengelola Keterlibatan Pemangku Kepentingan, dan Komunikasi Internal yang Efektif Memfasilitasi Kinerja Tim Proyek yang Lebih Baik, menerima skor rata-rata tertinggi dan dianggap paling penting oleh peserta survei. Hal ini menegaskan perlunya mempersiapkan strategi manajemen komunikasi yang efektif untuk melibatkan pemangku kepentingan, untuk menghasilkan efektivitas dalam kinerja tim proyek dan untuk mengelola hubungan pemangku kepentingan di semua tingkatan.
Kontribusi utama dari studi ini terletak pada
identifikasi berbagai tahapan penting implementasi proyek dimana manajemen
komunikasi dapat digunakan sebagai proses terencana untuk berhasil mengelola
harapan dan persepsi pemangku kepentingan yang pada akhirnya akan menguntungkan
organisasi dalam banyak hal. Studi ini menyimpulkan bahwa meskipun terdapat
kesadaran mengenai pentingnya pengelolaan hubungan pemangku kepentingan secara
umum, terdapat kurangnya upaya yang berdedikasi dan terencana untuk mengelola
hubungan yang merupakan tulang punggung pengelolaan pemangku kepentingan dan
pada akhirnya sangat penting bagi keberhasilan proyek. Peserta wawancara dan
peserta survei kuesioner sangat setuju dengan poin bahwa “komunikasi memainkan
peran penting dalam mengelola hubungan pemangku kepentingan.” Mereka juga
sepakat bahwa ketidakefisienan dalam komunikasi dapat berdampak buruk terhadap
keterlibatan pemangku kepentingan dalam proyek. Sebagian besar permasalahan
dalam hubungan pemangku kepentingan yang diperoleh dari wawancara para ahli
menunjukkan masalah kurangnya komunikasi atau miskomunikasi. Studi ini akan
berguna bagi para praktisi industri karena kerangka komunikasi dapat diterapkan
untuk keberhasilan manajemen hubungan pemangku kepentingan. Kontribusi
penelitian ini adalah mengemukakan pendekatan baru dan metodologis untuk menciptakan
nilai di bidang manajemen hubungan pemangku kepentingan.
Komentar
Posting Komentar
Comments are welcomed! Siapa tahu pertanyaan kamu sudah pernah dijawab, jangan lupa cek dulu pertanyaan yang sering ditanya di Jawaban Pertanyaan Umum/Frequetly Asked Questions (FAQ) ya! Jangan lupa juga centang kotak "notify me"/"beritahu saya" supaya ada notification jika pertanyaannya sudah dijawab. Terimakasih :)