Insantama, 2010. SMAIT Insantama? Satu kata buat sekolahku itu: SERUUUU! SMAIT Insantama Bogor itu sebuah sekolah Islam terpadu sekaligus pesantren. Tapi lebih pantesnya sih disebut boarding school. Kenapa? Karena walaupun namanya pesantren, tapi suasananya nggak kayak pesantren. Contohnya nih, santri dibolehkan bawa hp (walaupun gak bisa dipakai setiap hari, hanya sabtu dan ahad, ada waktu khususnya. Itupun hp batu alias jadul), terus pakaiannya dicuciin pula (maklum kami nonstop agenda dari pukul 03.00 dini hari hingga pukul 22.00. Ada sih istirahatnya, tapi kami diminta fokus belajar), terus suasananya juga nggak kayak pesantren. Ya jadi belum bener-bener terasa pas kalo dibilang pesantren... Hehehe...
(Ya, Insantama memang terus berbenah. Peningkatan kualitas pendidikan dan pembinaan kesiswaannya terus dilakukan. Fungsi-fungsi pendukung pendidikan juga terus disempurnakan. Begitu juga dengan lahan yg ada. Kendala lahan yg terbatas membuat opsi pengembangan dilakukan tumbuh ke atas. Bangunan yg kompak. Dibuat senyaman mungkin. Tapi dari semua bangunan yg ada, Insantama mengedepankan Masjid Pendidikan Insantama sebagai bangunan utama di sekolah ini. Ini menjadi tanda bahwa Masjidlah pusat kegiatan umat itu !)
Di SMAIT Insantama, kehidupan akhwat dan ikhwannya bener-bener dipisah. Dari kegiatan sekolah yg membedakan kelas akhwat dan ikhwan, asrama yg tidak berdekatan, sampai di dalam keorganisasian OSIS-nya. Jadi, ya nggak ada alasan bagi santri akhwat dan ikhwan untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi untuk sesuatu yg tidak perlu dan tidak diperbolehkan hukum syara. Karena, udah beda dunia istilahnya. Jadi pergaulan kami bener-bener dijaga banget. Ya Allah jaga kami semua.
Dan curhat dikit nih yaaaa, sekarang, walaupun baru 1,5 bulan sekolah di SMAIT Insantama, udah kerasa banget yg namanya rasa kekeluargaannya. Gimana enggak, kami beraktivitas bareng selama 24 jam setiap hari. Dari waktu kegiatan pesantren, sekolah, dan saat istirahat. Di asrama, di kamar, di kelas, di aula, dan dimana-mana kami selalu bareng. Karena kami angkatan pertama, maka jumlah murid di sini tidak terlalu banyak, maka semua bisa dekat satu sama lain, bahkan sangat dekat. Sampai saat liburan seperti ini, kami gak sabar buat balik ke asrama. Kenapa? Karena udah kangen banget sama temen-temen, yg udah kayak keluarga. Kok bisa? Padahal kita ketemu belum ada 2 bulan, hemm..
Yah, itulah hebatnya SMAIT Insantama yg pastinya nggak ada di sekolah lain, dalam 1,5 bulan bisa bikin kita sekelas (yg isinya nggak sampe 30 orang) ini saling dekat dan mengenal satu sama lain bahkan kayak udah kenal berbulan-bulan. Hebat ya? sampe kami sendiri bingung, baru aja kenal 1,5 bulan kok udah kayak gini ya? Hahaha.
Beginilah SMAIT Insantama. Penuh dengan cerita bahagia, walaupun nggak pernah lepas dari sedih, dan dinamika perjuangan menggapai cita bersama. Semoga kebersamaan kami akan tetap seperti itu, sampai kapan pun.
Love you because of Allah friends…
======
Itu ditulis saat kami baru 1.5 bulan bersama. Dan itu terus berdinamika selama 3 tahun kami di sekolah ini. Sekarang kami sudah lulus dan menyebar di banyak perguruan tinggi dan sebagian besar angkatan kami juga sudah lulus dan bekerja, berkiprah di masyarakat. Sebagai alumni, kami merasakan betul hasil didikan Insantama. Kebetulan sy juga alumni angkatan pertama SD, SMP dan SMA. Tentang manfaat, dampak, efek, hasil, itu di banyak surat terdahulu sudah dijelaskan panjang x lebar x tinggi = volume... Hehehe. Jadi tidak saya jelaskan lagi ya. Tapi Intinya, kami sangat bersyukur berada di tempat yg tepat. Bukan hanya di SMA, tapi juga di SMP dan SD. Guru-guru benar-benar bisa menggantikan posisi orangtua kami di rumah. Kami memang seperti merasa di rumah kedua kami. Maka wajar kalau pas libur datang, kami memang kangen betul pada orangtua. Tapi tidak lama sampai di rumah, kami sudah kangen lagi dengan sekolah. Masya Allah. Insantama itu ngengenin. Bayangin, rumah saya padahal sangat super dekat dengan sekolah, tapi yg namanya kangen dengan sekolah itu juga saya rasakan banget. Oh, Insantama!
Satu lagi. Ini tentang kalimat bijak yg lain di luar 4 kalimat bijak khas Insantama : Pemimpin Sejati, Mimpi Besar, Nikmati Prosesnya dan Jangan Mengeluh. Meski ada saja diantara kami yg mengeluh tentang nilai yg masih belum sesuai dengan harapan sehingga akhirnya jadi masuk ke daftar pelanggan remedial (upsss). Tapi kami selalu dihibur bahkan dikuatkan oleh guru-guru. Bahkan ini sudah diberikan sejak awal kami masuk. Begini kalimatnya yg disampaikan sambil senyum,
“Janganlah kalian takut kepada nilai, tapi takutlah hanya kepada Allah Swt! Karena takut kepada nilai jatuhnya bisa syirik Nak!” ...
Ditambah lagi dengan kalimat berikutnya,
“bersyukurlah kalian bisa mendapatkan nilai rendah seperti itu, nikmati saja. Kenapa? Itu karena kalian itu orang-orang pilihan yg dipilih untuk mendapatkan nilai itu. Agar apa? Agar kalian bisa merasakan syukur nikmat, merasakan sabar dan merasakan lonjakan energi di jiwa kalian untuk bangkit lagi !”...
Ditambah lagi kalimat ini,
“Kalian nikmati saja semua prosesnya, insya Allah lulus kok, jangan khawatir!”
Tuh. Masya Allah, kalimat-kalimat ini mencengkram betul di kepala kami.
Satu lagi ya. Kalimat “Jujur Mulia Nyontek Hina” yg diberikan pada kami sejak kelas 1 SD dampaknya juga luar biasa. Saking dahsyatnya, pernah ada satu kejadian saat Ujian Nasional dengan pengawas dari sekolah lain. Salah seorang pengawas mendekati kami dan menawarkan kunci jawaban dari soal yg sedang kami kerjakan. Beliau kaget, karena melihat respon kami yg menolak tegas. Beliau coba tawarkan lagi ke yg lain, beliau makin kaget lagi karena semua meski didatangi satu-satu, jawabannya sama, tetap tidak mau. Lalu beliau bertanya, kenapa? Kami semua menjawab, kami dididik untuk takut sama Allah. Beliau geleng-geleng kepala karena baru kali ini ada sekolah yg siswanya menolak tegas campur tangan Beliau. Akhirnya cerita ini menyebar di level Dinas Kota Bogor. Kami tahu karena guru kami bercerita tentang ini sambil bertanya siapa yg melakukan penolakan ini. Masya Allah.
Apakah Insantama tidak punya kekurangan? Nah ini yg menarik. Baru saya paham sekarang. Dulu juga sudah sih, tapi sekarang makin paham. Hehehe... Dulu setiap ada masalah di kegiatan fundraising untuk kegiatan kesiswaan, pas kami kumpul rapat evaluasi, kalimat pertama yg disampaikan pembina kesiswaan kami dan diiyakan oleh guru-guru pendamping lainnya adalah “kenapa kalian baru sampai di angka ini, tidak sesuai target, pertama-tama itu karena kemaksiatan yg kalian lakukan, betapapun kecilnya. Bisa kalian ternyata diam-diam melakukan interaksi yg tidak dibolehkan dengan lawan jenis dengan meski hanya sekedar sms, atau kalian mager alias males gerak atau cicway alias cicing wae... dll...dst... Karena itu ayo muhasabah cari kemaksiatan apa yg sudah kalian lakukan dan segera bertobat. Camkan ini, Muslim yg baik bukan Muslim yg tidak pernah salah, tapi jika melakukan kesalahan maka ia segera bertobat! Nak, kalau kalian sudah bertobat, insya Allah Kemudahan dari Allah Swt itu akan datang.” Tidak berhenti sampai di situ, Beliau juga secara terbuka bertanya pada tim pembina, jangan-jangan melakukan juga kemaksiatan, apapun bentuknya. Misalnya, tidak maksimal dalam melakukan pendampingan pada kami, pernah memarahi kami atau apapun itu. Masya Allah, Insantama itu terbuka banget. Jika ada masalah atau kekurangan apapun maka secepat mungkin dicoba diselesaikan. Dan indahnya lagi, dalam pembinaan kesiswaannya, kami dilibatkan untuk secara bersama melakukan proses muhasabah dan problem solvingnya secara mandiri.
Memang ajaib formula dari Allah swt itu. Dalam setiap kegiatan fundraising, khususnya LKMA yg memakan jumlah dana yg amat sangat besar, setelah kita semua muhasabah dan bertobat, ada saja jalan keluar yg tak terduga yg diberikan Allah Swt kepada kami. Cerita ini terus berlanjut hingga LKMA yg terbaru kemarin. Di Insantama sejak awal kami memang diberikan rumus azzam dan tawakkal saat workshop penyusunan Mimpi Besar. Pembina kami menyebut kegiatan kesiswaan adalah laboratorium mini tawakkal buat kami!
Rasanya, kalau dikumpulkan kisah di sekolah ini bisa membuat novel lebih dari 1000 halaman. Itu pun masih berjilid-jilid. Insantama itu memang SERUUUU! !
Ibunda dan Ayahanda, melalui tulisan ini izinkan kami mewakili segenap alumni dan siswa, menghaturkan rasa terima kasih yg dalam atas semuanya, termasuk menyekolahkan kami di sini. Sekolah yg sangat memperhatikan kami banget agar bisa mentas menjadi para juara dan calon pemimpin. Sekolah yg menyadarkan kami bahwa sholih dan sholihah untuk diri sendiri saja belum cukup, jika kami tidak mau membantu umat ini kembali pada kemuliaannya. Surga itu luas sekali, seluas langit dan bumi. Itu Allah Swt siapkan untuk kita semua yang mau beriman dengan benar, kokoh dan kuat serta beramal sholih sehingga menjadi kita bisa sampai pada derajat takwa. Bagian dari amal sholih itu adalah menjadi para juara dan pemimpin yg memberikan pengaruh kebaikan dimana pun berada demi mengembalikan kemuliaan umat ini sehingga Islam sebagai rahmatan lil alamin dapat terwujud sempurna!
Adik-adikku,
Ayo kita jadikan rumah kita jadi sekolah istimewa, madrasah pertama buat kita semua. Bantu Ibunda, bantu Ayahanda. Jangan menunggu diminta. Sudah saatnya kita buat Orangtua kita rehat sejenak. Ajak serta semua ibadah sholat malam. Jangan lupa yg ikhwan, kalian harus bisa jadi imam sholat wajib dan sholat tarawihnya. Tadarrus juga harus jalan terus. Saat sahur dan buka jadikan spesial karena dimulai dengan kultum dari kalian. Insya Allah... Kalian pasti bisa. Yesss!
Alhamdulilah
Luar biasa
Allahu akbar
Yess !!!
Pesan Cinta dari Allah Swt :
1. Kita mesti paham bagaimana sikap dan respon timbal balik dari Anandas agar pendidikan di sekolah dan di rumah bisa serasi sejalan satu frekuensi.
2. Anandas mesti paham bahwa kami benar-benar sangat diharapkan oleh umat.
(Surat Dari Alumni Insantama Edisi 1 Mei 2020)
Yuk Sekolah Di Rumah !
14 Hari Ke-4 Bersama Ummi dan Abi
Suplemen Pendamping
Membersamai Anandas Para Juara dan Calon Pemimpin
Hari Ke-47,
Ayo, Jadikan Ramadhan Ini Ramadhan Terbaik Kita ...
1. Memahamkan Kembali bahwa doa dan cita-cita tertinggi Orangtua dan Guru serta harapan Umat adalah Anandas Menjadi Anak Sholih dan Sholihah Pemimpin Umat di Masa Depan.
Surat Dari Alumni,
SMAIT Insantama Itu SERUUUU!
(tulisan kedua dari banyak tulisan. Insya Allah)
Salma Fadhilah, SP
Alumni Berprestasi IPB (2018),
Alumni LKMA Pertama Go to Malaysia SMAIT Insantama (2012),
Alumni SDIT, SMPIT dan SMAIT Insantama Angkatan Pertama
dengan penyesuaian oleh bapak Muhammad Karebet Widjajakusuma
((sebelumnya di tulis dengan judul Ceria di SMAIT Insantama pada 5 September 2010. Tulisan asli tersedia pada link https://salmafadhilah.blogspot.com/2010/09/ceria-di-smait-insantama.html))
Komentar
Posting Komentar
Comments are welcomed! Siapa tahu pertanyaan kamu sudah pernah dijawab, jangan lupa cek dulu pertanyaan yang sering ditanya di Jawaban Pertanyaan Umum/Frequetly Asked Questions (FAQ) ya! Jangan lupa juga centang kotak "notify me"/"beritahu saya" supaya ada notification jika pertanyaannya sudah dijawab. Terimakasih :)