Filosofi PUBG


"Udah jam 12 nih, lobby lobby yuk lobby!"

Kata-kata ini sering banget gue dengar setiap tepat atau kurang-kurang sedikit lah menuju jam istirahat di kantor. Untuk yang sering main game PlayerUnknown's Battlegrounds atau PUBG, pasti ngerti kalau ajakan itu bukan ajakan untuk bergerak turun lift dan nongkrong di lobby kantor (lagian buat apa? mau ngecengin karyawan gedung sebelah yang lebih seneng makan siang di kantin kita?). Tapi buat gue yang cuma main Harvest Moon, Restaurant Dash, atau paling banter ngeberantemin Bulbasaur sama Poochyena di Pokemon Gameboy Advance yang mainnya pake emulator, gue cuma bisa lewatin satu-satu mejanya sambil ngedumel "Apaan sih, seru amat." Kemudian ngeloyor pergi ke kantin, buru-buru supaya kebagian tempat duduk buat makan mie aceh yang terkenal sampai ke klien-klien itu. Laper.

Tapi itu sebelum dua bulan yang lalu, sekarang?

Bakal mainin game dengan genre battle royale, atau kasarnya perang-perangan, sama 100 orang sekaligus, online; rasanya nggak mungkin buat gue awalnya. Bukan nggak suka main game, suka. Tapi ngebayangin genre game nya, kayaknya gue bakal jadi orang no 1 yang mati diantara 100 orang itu. The one who most likely to not survive in zombie apocalypse? Yep, that's me. Cupu abis. Tapi karena penasaran, akhirnya suatu hari gue download juga ini game. Penasaran se-seru apasih, sampe bikin anak-anak kantor ini lebih demen main game daripada makan siang. Udah gitu teriakannya seru-seru dan serius abis kaya perang beneran. Underline bold italic, teriak-teriakan. Padahal jarak masing-masing juga gak sampe 5 meter. Heran kan.

Satu kali main, cuma lari-larian ngintilin anak-anak kantor kesana kemari. Gak nembak, gak nge-kill, di papan nilai setelah game rampung cuma angka 0 yang berjejer di sebelah username gue. Pokoknya ikut lari-larian aja lah. Dua kali, masih sama. Gapapa kali ya namanya juga newbie. Ke-tiga, ke-empat. Ke-lima, udah mulai nggak cuma teriak-teriakan dan kabur lagi kalau liat ada musuh ngintip, mulai soksokan ikut nembak. Asal-asalan yang penting nembak dulu deh. Tapi kemudian karena asal dan cenderung nggak ngikutin strategi, beres game gue kena omel sama salah satu temen main...

Buat yang belum tau, biasanya game ini dimainin sama tim berisi 4 orang, dimana mereka bertempur sebagai tim. Anggota tim bisa nge-revive atau menghidupkan kembali anggota tim lain yang sudah knocked down atau ambruk karena ketembak, bisa juga saling kasih-kasih supplies berupa senjata dan perlengkapan lain seperti medical kit. Jadinya, teamwork jadi salah satu yang penting di game ini. 

Awalnya bingung sih, kenapa sih main game harus serius-serius amat sampe kena omel. Well, ternyata:

1. Your behavior may affect others

"Yailah tembak asal-asal doang, emang kenapa?" Okay, you mati. Tapi temen-temen you jadi ikutan ke expose juga sama lawan. Lawan jadi tau kamu dan tim ada dimana kalau diliat dari bukit arah 45 itu. Temen udah susah-susah jalannya tiptoe alias jinjit, tiarap sambil jalan ngesot di rumput, nyumput di balik pohon, cosplay jadi semak-semak, eh jadi ketauan gara-gara tingkah you. Kalau main sendiri sih, yaudahlah ya. Sebagai individual, kita emang punya hak buat melakukan yang kita mau, tapi kalo merugikan orang lain? Don't you wanna think twice?

2. Not all people have a same goals and purpose with you

"Bukannya main game itu harusnya seneng-seneng?" Sekali lagi okay, kamu pengen main game buat seneng-seneng. Iseng-iseng buat ngisi waktu istirahat karena kantin masih agak penuh, atau belum laper karena sarapannya kesiangan. Tapi orang lain? Bisa jadi mereka udah push rank beberapa waktu sampe Crown I dan hampir Ace, tapi jadi turun lagi gara-gara dapet poin minus. Lagi-lagi game over Too Soon gara-gara kamu. Atau, kalau mereka cuma mau main seneng-seneng mungkin mereka main Cooking Mama bukan PUBG, simply because they like making strategies for war. Kemudian lo malah ketawa-ketawa sambil ngarahin karakter lo lari-lari ditengah padang rumput yang jelas-jelas bakal keliatan sama musuh dari seluruh penjuru mata angin. Apa teammates lo nggak pengen nampol rasanya.

3. No strategy, no Winner Winner Chicken Dinner

"Aduuh yaudah sih bisa ko turun di Bootcamp. Di atas banyak musuh yang turun dari pesawat juga sih. Tapi gas lah!". Hmmm Suicide Squad namanya. Mau pulang bawa Chicken Dinner alias menang kok mainnya gitu, pulang bawa nugget aja ngga bisa itumah. Namanya juga game perang, kira-kira bisa menang tanpa strategi? Semua bakal lebih rapi kalau terarah kan? 


and so is life guys, so is life.
*kemudian saatnya merenungi kalimat-kalimat yang di bold*



Regards,

Sf




P.S. for my in-game teammates: i'm sorry tapi kayaknya gue emang ngga bakat. Peace from the forever newbie.
P.S.S for this blog: so good to be back :)

Komentar

Postingan Populer

Agar di Kampus Tak Sekadar Kuliah

Hari ‘Kemerdekaan’ Hati

[Book Review] Student Traveler by Kak Annisa Potter