Perencanan Lanskap: Kampung Mancing Cirimekar


Here i am again. Setelah post pamer terakhir tentang hasil ujian praktikum Desain Lanskap di semester 6 kemaren, saya agak menjauh dari dunia per-lengskep-an gara-gara banting setir ke jurusan environmental agriculture selama satu semester (kok bisa? baca ceritanya disini). Karena itu juga, kayaknya tulisan saya yang judulnya Belajar Apa di Arsitektur Lanskap IPB yang (hampir) rutin ditulis setiap satu semester sekali bakal berenti sampe di semester 6, karena sejak 'kabur' itu kuliah saya jadi berantakan dan mundur satu semester dari yang seharusnya, haha. But that was a good experience which i'll never regret anyway.

Tapi walaupun nggak nulis lagi rangkuman semester, saya bakal tetep nulis kalo ada tugas-tugas yang share-able dan sayang kalo hasil kerja kerasnya nggak dipamerin (haha). Contohnya mata kuliah yang satu ini: Perencanaan Lanskap.

Mata kuliah Perencanaan Lanskap adalah mata kuliah yang tadinya didapet di semester 7, tapi sejak kurikulum tahun 2014 dipercepat ke semester 6. Di mata kuliah ini, kita belajar bagaimana merencanakan sebuah lanskap berskala besar untuk sebuah pemanfaatan agar fungsional dan sesuai dengan karakteristik lahannya. Dari aspek-aspek karakteristik lahan itu nantinya bakal dianalisis dan dibuat zonasi bakal dipake buat apa lahan tersebut dan disusun perencanannya. (Bedanya sama mata kuliah desain lanskap di semester 6 kemarin? baca di post yang ini ya)

So, dibawah ini adalah hasil ujian praktikum yang dikerjain selama 3 hari berturut-turut dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore (bahkan +++). Tugasnya, merencanakan sebuah kawasan situ (danau) untuk peruntukan spesifik, dan kebetulan dapet lokasi di Situ Citatah, Cibinong dengan tujuan peruntukan perencanaan lokasi sejarah dan budaya.

Di ujian praktikum ini kita ngga boleh ngerjain kerjaan kita di rumah, semua dikerjain di jam ujian. Ini yang bikin di hari ketiga nggak lagi kepikiran buat ambil break makan, istirahat, ato bahkan main-main hp buat instastory-instastory kayak hari sebelumnya. Panik. Takut ga kelar. Bahkan keluar kelas buat sholat pun sempoyongan karena nggak makan dari pagi haha :". Gimana enggak, list poin yang harus di padetin di 3 lembar poster A3-nya bikin mabok begini:

(1.) Gambar/Peta Orientasi Tapak
(2.) Gambar/Peta Kondisi Eksisting
(3.) Gambar/Diagram/Ilustrasi konsep yang akan dikembangkan
(4.) Gambar/Peta Analisis Tematik (visual lereng, tanah, vegetasi dsb)
(5.) Gambar/Peta Sintesis (Block plan, zonasi)
(6.) Gambar Pengembangan Konsep  (Spasial)
(7.) Gambar Landscape Plan
(8.) Gambar Potongan Tapak 
(9.) Gambar Tampak Tapak
(10.) Gambar Rencana Struktur dan Bangunan (Hardscape Plan)
(11.) Gambar Rencana Tata Hijau (Softscape Plan)
(12.) Gambar Rencana Sirkulasi
(13.) Gambar Perspektif total tapak 
(14.) Gambar Ilustrasi untuk bagian-bagian penting tapak

Ujian ini dikerjain pake aplikasi ArcGIS buat pemetaan sama skoringnya, dan Adobe Photoshop buat rendering dan layouting yang sangat seadanya. Ada sih yang pake SketchUp buat ilustrasi sama perspektif, tapi rasanya tenaga buat buka SketchUp nya pun udah nggak ada dan akhirnya dibikin seadanya pake distort di Photoshop :". Buat ilustrasi bagian penting pun bahkan nggak sempet bikin montase-montase, jadi cuma capture dari perspektif overall aja. Yassalam #jangandicontoh.

So this is it, my-not-so-masterpiece yang dibuat dengan cucuran keringat dingin karena dikejar deadline,

Perencanaan Kawasan Situ Citatah 
sebagai Area Wisata Budaya Pemancingan Tradisional Khas Sunda

Situ citatah merupakan sebuah situ yang berada di Desa Cirimekar, Cibinong, Kabupaten Bogor. Sebuah situ pada hakikatnya pasti memiliki sebuah elemen biotik penting berupa populasi Ikan. Namun pada tahun 2014 lalu, Situ Citatah menjadi sebuah lokasi bagi penebaran 40.000 ekor ikan nila hitam sebagai aktivitas restocking atau penambahan stock ikan tangkapan untuk ditebarkan di perairan umum, pada perairan yang dianggap telah mengalami penurunan stock akibat tingkat pemanfaatan yang berlebihan.

Padahal, masyarakat sunda memiliki budaya memancing yang khas yang bercorak tradisional. Pada masa lampau masyarakat sunda melakukan aktivitas menangkap ikan menggunakan tangan kosong, istilahnya “ngagogo”, “kokodok”, atau “marak”, hingga menggunakan alat penangkap sederhana seperti “bubu”, “sair”, “ayakan”, dan sejenisnya yang terbuat dari bambu, benang kain atau nilon.

Munculnya penggunaan alat penangkap ikan yang membahayakan kelestarian sungai dan ikan seperti alat penangkap bertenaga listrik dari accu yang dinamakan “setruman”, hingga penggunaan racun kimia protas yang berdaya bunuh tinggi, menimbulkan dampak merusak seluruh habitat ikan dan sungai. Hal inilah yang menyebabkan penurunan secara drastis jumlah ikan yang ada pada perairan, termasuk juga situ Citatah. Untuk itu, diperlukanlah penyadaran kembali kepada masyarakat mengenai budaya memancing tradisional khususnya khas sunda dalam bentuk Perencanaan Kawasan Situ Citatah sebagai Area Wisata Budaya Pemancingan Khas Sunda.


/abaikan skala garis yang ga rapih comotannya


Komentar

  1. Kak Salma, lam kenal. Boleh minta referensi blog tentang ARL dimana sih? trims
    Kesehatan ibu hamil

    BalasHapus

Posting Komentar

Comments are welcomed! Siapa tahu pertanyaan kamu sudah pernah dijawab, jangan lupa cek dulu pertanyaan yang sering ditanya di Jawaban Pertanyaan Umum/Frequetly Asked Questions (FAQ) ya! Jangan lupa juga centang kotak "notify me"/"beritahu saya" supaya ada notification jika pertanyaannya sudah dijawab. Terimakasih :)

Postingan Populer

Sekilas Tentang Arsitektur Lanskap

#DaysInJapan: Totoro Forest