Setelah dinyatakan diterima di IPB, registasi, dan masuk asrama, sekarang mahasiswa angakatan 52 Cakra Nusantara IPB sudah sampai di minggu pertama perkuliahan. Bagaimana rasanya jadi mahasiswa? Pasti sudah merasakan dong ya perbedaannya dengan saat menjadi siswa di jenjang SMA dulu? Seperti yang sudah di sampaikan BKIM dalam bulletin sebelumnya, kini kalian-kalian yang baru menginjakkan kaki di IPB sudah tidak bisa dikatakan sebagai siswa lagi, namun mahasiswa dengan kata ‘maha’ di depannya yang berartikan tanggung jawab yang lebih besar dan peran yang lebih besar di masyarakat.
Lalu, bagaimana rasanya kuliah? Masih ada yang merasa nggak betah? Homesick? Ingin cepat-cepat pulang ke rumah bahkan nggak ingin kuliah lagi? Waah, walaupun telah melewati proses panjang dan penuh perjuangan untuk mendapatkan satu bangku di IPB, mungkin artinya niat dan tekad dalam menuntut ilmu kita belum sepenuhnya benar. Yuk kita cek dan luruskan lagi, bagaimana sih pentingnya menuntut ilmu dalam islam? Dan bagaimana sih jadi mahasiswa yang berprestasi dunia akhirat?
Pentingnya Menuntut Ilmu Dalam Islam
“Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat” (HR. Ibnu Abdil Bari). Mungkin teman-teman semua sudah familiar karena sering mendengar hadist ini, bahkan hafal, tetapi maknanya belum sepenuhnya dipahami dengan baik. Menuntut ilmu, seperti yang telah disebutkan di atas hukumnya wajib, sama posisinya dengan ibadah sholat yang kita lakukan sebanyak 5 kali dalam sehari dan tidak pernah terlewat. Berarti, jika kita tidak mau menuntut ilmu, kita mendapat dosa seperti halnya juga ketika kita meninggalkan sholat. Dan kewajiban ini melekat pada diri kita, tidak hanya sampai batas tertentu, tetapi dari kita lahir sampai meninggal dunia. Seperti dalam hadist yang berbunyi, “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”. Maka setelah kita lulus dalam jenjang tertentu, misalnya SMA, bahkan setelah lulus kuliah sekalipun, kita tetap wajib menuntut ilmu sampai kapanpun, karena kewajiban menuntut ilmu tidak mengenal batasan usia.
Lalu, bukan berarti akhirnya kita hanya sekedar masuk kelas, tanpa memperhatikan dosen, mengerjakan tugas dengan asal-asalan dan kuliah hanya untuk menggugurkan kewajiban kita dalam menuntut ilmu. Allah pun mengingatkan dalam Q.S Alam Nasyrah ayat 4-8, yang artinya “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”, bahwa kita harus selalu bersungguh-sungguh dalam segala urusan, termasuk menuntut ilmu. Dan pada akhirnya, hasil yang didapatkan pasti akan berbeda dong antara yang sangat serius dan hanya sekedar kuliah?
Masih merasa berat dalam menuntut ilmu? Merasa kuliah itu sangat susah dan sulit, sehingga ingin menyerah saja? Sekali lagi, Allah telah mengingatkan dalam Q.S. AL-Balad ayat 10-11, yang artinya “Dan kami telah menunjukan kepadanya dua jalan(kebaikan dan keburukan). Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar?”, bahwa untuk menuju kebaikan seperti halnya menuntut ilmu, pastilah kita akan melewati jalan yang mendaki dan tak mudah. Sebaliknya, orang-orang yang melakukan keburukan dengan meninggalkan kewajibannya menuntut ilmu akan berleha-leha dengan santainya melewati jalan yang mudah. Dapat dibayangkan kan, setelah melewati jalan yang sulit dan berliku itu, Allah pasti akan memberikan pahala yang tidak sedikit, serta kenikmatan lain yang akan didapat sebagai orang yang berilmu, seperti kemudahan dalam belajar dan menyerap ilmu, mendapatkan nilai akhir yang baik, hingga mendapatkan berbagai macam prestasi.
Menjadi Mahasiswa Berprestasi Dunia Akhirat
Setelah mendapatkan prestasi akademik seperti mendapatkan IP dan IPK yang memuaskan, mendapatkan juaran dalam lomba dan berbagai macam event, hingga menjadi mahasiwa berprestai di berbagai tingkat, orang tua kita pasti bangga dong? Ya, benar. Tetapi jangan sampai mencukupkan diri hanya sampai situ saja, dan mencukupkan diri menjadi mahasiswa yang kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang. Memang orang tua kita mengamanahi kita hingga berada di kampus agar belajar dengan baik dan menjadi orang yang berilmu serta bermanfaat ketika sudah lulus. Kemudian kita, sebagai anak yang baik wajib mematuhi perintah orang tua kita tersebut. Tapi tahu nggak sih, sebenarnya selain peran sebagai mahasiswa, kita juga memiliki peran lain yang nggak kalah penting?
Peran kita sebagai seorang muslim, tidak serta merta hilang ketika kita menjadi seorang mahasiswa. Seperti yang difirmankan Allah dalam QS Adz Dzariyat ayat 56 “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. Maka sebagai seorang muslim, tentu selain sholat, puasa, zakat, pasti ada kewajiban lain yang harus kita penuhi. Salah satunya, allah berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang artinya “ Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada al-Khair (Islam), menyuruh kepada perkara ma’ruf, dan mencegah dari perkara munkar. Mereka lah orang-orang yang beruntung.” Allah menyuruh kita dalam salah satu ayat quran tersebut untuk melakukan syiar atau berdakwah mengubah keburukan-keburukan yang ada menjadi kebaikan, atau lebih familiar-nya disebut sebagai agent of change.
Mahasiswa memiliki potensi dan peran yang besar sebagai agent of change. Dapat dilihat bahwa banyak sekali perubahan di negri ini yang dimotori oleh para mahasiswa. Itu membuktikan bahwa mahasiswa mempunya peran besar sebagai intelektual untuk merubah keadaan, khususnya agar menjadi lebih baik. Kita ketahui bersama bahwa saat ini, Indonesia sedang ada di dalam keadaan yang carut marut. Segala masalah mulai dari ekonomi, hingga pendidikan menimpa setiap bagian di negri ini. Maka mahasiswa harus mau bergerak untuk menjadi mahasiswa yang istimewa, tidak hanya kuliah, namun mau bergerak untuk memperjuangkan solusi-solusi dari setiap permasalahan yang ada yaitu dengan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Islam memiliki segala macam solusi bagi setiap permasalahan yang ada di muka bumi. Dan menjadi bagian dari peran mahasiswa jugalah mensyiarkan dan mengubah keadaan negri dengan menerapkan Islam secara keseluruhan. Maka mahasiwa yang anti mainstream seperti ini, menjadi mahasiswa yang spesial karena tidak hanya berprestasi di dunia secara akademik, namun juga berprestasi di akhirat karena perannya menjawab seruan Allah untuk menjadi agent of change.
Lalu, bagaimana rasanya kuliah? Masih ada yang merasa nggak betah? Homesick? Ingin cepat-cepat pulang ke rumah bahkan nggak ingin kuliah lagi? Waah, walaupun telah melewati proses panjang dan penuh perjuangan untuk mendapatkan satu bangku di IPB, mungkin artinya niat dan tekad dalam menuntut ilmu kita belum sepenuhnya benar. Yuk kita cek dan luruskan lagi, bagaimana sih pentingnya menuntut ilmu dalam islam? Dan bagaimana sih jadi mahasiswa yang berprestasi dunia akhirat?
Pentingnya Menuntut Ilmu Dalam Islam
“Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat” (HR. Ibnu Abdil Bari). Mungkin teman-teman semua sudah familiar karena sering mendengar hadist ini, bahkan hafal, tetapi maknanya belum sepenuhnya dipahami dengan baik. Menuntut ilmu, seperti yang telah disebutkan di atas hukumnya wajib, sama posisinya dengan ibadah sholat yang kita lakukan sebanyak 5 kali dalam sehari dan tidak pernah terlewat. Berarti, jika kita tidak mau menuntut ilmu, kita mendapat dosa seperti halnya juga ketika kita meninggalkan sholat. Dan kewajiban ini melekat pada diri kita, tidak hanya sampai batas tertentu, tetapi dari kita lahir sampai meninggal dunia. Seperti dalam hadist yang berbunyi, “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”. Maka setelah kita lulus dalam jenjang tertentu, misalnya SMA, bahkan setelah lulus kuliah sekalipun, kita tetap wajib menuntut ilmu sampai kapanpun, karena kewajiban menuntut ilmu tidak mengenal batasan usia.
Lalu, bukan berarti akhirnya kita hanya sekedar masuk kelas, tanpa memperhatikan dosen, mengerjakan tugas dengan asal-asalan dan kuliah hanya untuk menggugurkan kewajiban kita dalam menuntut ilmu. Allah pun mengingatkan dalam Q.S Alam Nasyrah ayat 4-8, yang artinya “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”, bahwa kita harus selalu bersungguh-sungguh dalam segala urusan, termasuk menuntut ilmu. Dan pada akhirnya, hasil yang didapatkan pasti akan berbeda dong antara yang sangat serius dan hanya sekedar kuliah?
Masih merasa berat dalam menuntut ilmu? Merasa kuliah itu sangat susah dan sulit, sehingga ingin menyerah saja? Sekali lagi, Allah telah mengingatkan dalam Q.S. AL-Balad ayat 10-11, yang artinya “Dan kami telah menunjukan kepadanya dua jalan(kebaikan dan keburukan). Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar?”, bahwa untuk menuju kebaikan seperti halnya menuntut ilmu, pastilah kita akan melewati jalan yang mendaki dan tak mudah. Sebaliknya, orang-orang yang melakukan keburukan dengan meninggalkan kewajibannya menuntut ilmu akan berleha-leha dengan santainya melewati jalan yang mudah. Dapat dibayangkan kan, setelah melewati jalan yang sulit dan berliku itu, Allah pasti akan memberikan pahala yang tidak sedikit, serta kenikmatan lain yang akan didapat sebagai orang yang berilmu, seperti kemudahan dalam belajar dan menyerap ilmu, mendapatkan nilai akhir yang baik, hingga mendapatkan berbagai macam prestasi.
Menjadi Mahasiswa Berprestasi Dunia Akhirat
Setelah mendapatkan prestasi akademik seperti mendapatkan IP dan IPK yang memuaskan, mendapatkan juaran dalam lomba dan berbagai macam event, hingga menjadi mahasiwa berprestai di berbagai tingkat, orang tua kita pasti bangga dong? Ya, benar. Tetapi jangan sampai mencukupkan diri hanya sampai situ saja, dan mencukupkan diri menjadi mahasiswa yang kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang. Memang orang tua kita mengamanahi kita hingga berada di kampus agar belajar dengan baik dan menjadi orang yang berilmu serta bermanfaat ketika sudah lulus. Kemudian kita, sebagai anak yang baik wajib mematuhi perintah orang tua kita tersebut. Tapi tahu nggak sih, sebenarnya selain peran sebagai mahasiswa, kita juga memiliki peran lain yang nggak kalah penting?
Peran kita sebagai seorang muslim, tidak serta merta hilang ketika kita menjadi seorang mahasiswa. Seperti yang difirmankan Allah dalam QS Adz Dzariyat ayat 56 “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. Maka sebagai seorang muslim, tentu selain sholat, puasa, zakat, pasti ada kewajiban lain yang harus kita penuhi. Salah satunya, allah berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang artinya “ Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada al-Khair (Islam), menyuruh kepada perkara ma’ruf, dan mencegah dari perkara munkar. Mereka lah orang-orang yang beruntung.” Allah menyuruh kita dalam salah satu ayat quran tersebut untuk melakukan syiar atau berdakwah mengubah keburukan-keburukan yang ada menjadi kebaikan, atau lebih familiar-nya disebut sebagai agent of change.
Mahasiswa memiliki potensi dan peran yang besar sebagai agent of change. Dapat dilihat bahwa banyak sekali perubahan di negri ini yang dimotori oleh para mahasiswa. Itu membuktikan bahwa mahasiswa mempunya peran besar sebagai intelektual untuk merubah keadaan, khususnya agar menjadi lebih baik. Kita ketahui bersama bahwa saat ini, Indonesia sedang ada di dalam keadaan yang carut marut. Segala masalah mulai dari ekonomi, hingga pendidikan menimpa setiap bagian di negri ini. Maka mahasiswa harus mau bergerak untuk menjadi mahasiswa yang istimewa, tidak hanya kuliah, namun mau bergerak untuk memperjuangkan solusi-solusi dari setiap permasalahan yang ada yaitu dengan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Islam memiliki segala macam solusi bagi setiap permasalahan yang ada di muka bumi. Dan menjadi bagian dari peran mahasiswa jugalah mensyiarkan dan mengubah keadaan negri dengan menerapkan Islam secara keseluruhan. Maka mahasiwa yang anti mainstream seperti ini, menjadi mahasiswa yang spesial karena tidak hanya berprestasi di dunia secara akademik, namun juga berprestasi di akhirat karena perannya menjawab seruan Allah untuk menjadi agent of change.
(Ditulis untuk opini acara Training IPK 4 (Islami, Prestatif, Kreatif, Kontributif, Konstruktif, Komunikatif) BKIM IPB, 5 Juli 2015)
Komentar
Posting Komentar
Comments are welcomed! Siapa tahu pertanyaan kamu sudah pernah dijawab, jangan lupa cek dulu pertanyaan yang sering ditanya di Jawaban Pertanyaan Umum/Frequetly Asked Questions (FAQ) ya! Jangan lupa juga centang kotak "notify me"/"beritahu saya" supaya ada notification jika pertanyaannya sudah dijawab. Terimakasih :)