Ikut Organisasi, Jadi Aktivis? Buat Apa?

img source: www.glogster.com

Ada banyak sekali lembaga kemahasiswaan (LK) yang bertebaran di kampus IPB kita ini. Di awal tahun, LK-LK tersebut gencar melakukan open recruitment (OR) dan berpromosi demi menarik hati mahasiswa-mahasiswa baru yang baru terjun ke dunia kampus. Tidak hanya mahasiswa baru, mahasiswa tingkat dua keatas pun masih banyak yang baru mengikuti OR-OR LK tersebut. Tapi sebelum memutuskan untuk berorganisasi, mengikuti OR, dan sukses masuk ke sebuah LK, sebenarnya ada beberapa hal yang harus kita tau. Hmmm, kira-kira apa itu?

Pasti pernah dengar kan, istilah yang bunyinya “Jangan jadi mahasiswa kupu-kupu”, alias kuliah pulang-kuliah pulang? Lalu setelah berubah menjadi mahasiswa kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat), apa kita tau benar pentingnya berorganisasi dan menjauhi titel mahasiswa kupu-kupu? Yang pertama kita harus pahami adalah mengapa mahasiswa perlu berorganisasi. Mahasiswa dengan gelar maha di depannya memang memiliki tugas khusus selain belajar. Mereka punya tugas yang tidak sesederhana saat hanya menjadi siswa yaitu menjadi agen perubah. Sejarah mencatat bagaimana peran mahasiswa begitu berpengaruh dalam berbagai macam perubahan. Titel mahasiswa tidak cocok rasanya jika diberikan kepada yang hanya duduk manis menyerap bermacam ilmu tanpa mengorbankan waktunya untuk berkontribusi. Karena itu, berorganisasi merupakan salah satu hal yang harus dijalani sebagai mahasiswa.

Selanjutnya, sebenarnya apa motivasi kita berorganisasi? Tak sedikit mahasiswa berorganisasi dengan dorongan agar eksistensi dirinya terlihat oleh semua orang atau agar cap aktivis kampus menempel pada dirinya. Ada pula yang mengejar kemampuan softskill dan menjadikan organisasi sebagai ajang pengembangan diri semata. Softskill memang penting, pengembangan diri juga perlu, namun apakah berorganisasi sekedar sarana untuk ‘menerima’, bukan untuk ‘memberi’? Motivasi kita dalam berorganisasi, seperti yang disebut sebelumnya, haruslah diniatkan untuk memberikan kontribusi sebesar-besarnya. Jadikan softskill dan berkembangnya diri kita menjadi lebih baik sebagai ‘bonus’ dan bukan sebagai tujuan utama. Maka motivasi dalam berorganisasi akan semakin kuat dan berarti bagi orang banyak, bukan sekedar manfaat untuk diri sendiri.

Terakhir, kontribusi macam apa yang akan kita berikan lewat berorganisasi? Tentunya, kontribusi yang harus kita berikan haruslah menjadi jalan bagi terjadinya perubahan dan kebangkitan dari berbagai keterpurukan di dunia ini sebagai tugas kita. Kontribusi apapun itu, besar maupun kecil, jika sesuai tujuan pasti akan membantu terjadinya perubahan. Contohnya, membuat dan menjadi panitia acara-acara kajian dan diskusi masalah kekinian, penyebab serta solusianya, kemudian turut berjuang dan bergerak langsung dalam realisasi solusi tersebut. Tidak hanya melibatkan diri dalam kegiatan yang tujuannya tidak terfokus dan cenderung hanya 'having fun', yang pada akhirnya berbuah maksiat. Jangankan menjadi jalan untuk perubahan, kegiatan seperti ini hanya menjadi 'tabungan' dosa dan semakin menjauhkan diri kita dari kebangkitan ummat yang hakiki.

Masa-masa perkuliahan adalah masa yang singkat. Selama masa itu berlangsung, kita harus bisa menjadi mahasiswa yang sebenarnya, bukan mahasiswa yang egois bahkan apatis. Jadikanlah setiap tetes keringat yang kita keluarkan dalam berbagai rapat dan kegiatan organisasi menjadi berarti dan tidak terbuang sia-sia. Hingga akhirnya, dimasa kita telah melangkah keluar kampus dan menjadi sarjana, kita tidak akan menyesali apa yang telah dilakukan di masa berharga sebagai mahasiswa.

Oleh Salma Fadhilah
Divisi Media, Departemen Keputrian BKIM IPB

(Dimuat di mading BKIM IPB 'BKIMedia' Desember 2013 minggu I)

Notes on BKIM Keputrian Facebook Fan Page --> https://www.facebook.com/notes/dept-keputrian-bkim-ipb/or-lk-ikut-organisasi-jadi-aktivis-buat-apa/373824982751950
@BKIM_Keputrian's Twitter --> OR LK: Ikut Organisasi, Jadi Aktivis? Buat Apa? has been chirpified!

 

Komentar

Postingan Populer

Agar di Kampus Tak Sekadar Kuliah

Hari ‘Kemerdekaan’ Hati

[Book Review] Student Traveler by Kak Annisa Potter