Bonus Demografi, Go Green, dan Jejaring Sosial

Memanfaatkan Bonus Demografi:
Membudayakan Go Green pada Pemuda lewat Jejaring Sosial

image
Kini bumi sedang marah. Bencana demi bencana, besar maupun kecil, terasa atau tidak, mulai menimpa kita. Agaknya, kini bumi menuntut balas atas apa yang telah ia lakukan untuk manusia selama ini. Setelah dengan baik hati ia menyediakan tempat tinggal yang nyaman hingga merelakan segala kekayaannya diambil demi mencukupi kebutuhan hidup manusia, lalu apa yang manusia lakukan untuknya kemudian? Meninggalkan sampah? Menghiasi udara dengan polusi? Menghadiahi airnya dengan limbah? Mengeksploitasi sumber dayanya besar-besaran? Memburu hewan-hewan langka? Apa lagi? Atas balasan yang sangat tidak pantas dari manusia itu, kini bumi tak lagi bersahabat. Cuaca tak sebaik biasanya, kerusakan datang, lingkungan yang bersih dan asri menghilang, bencana alam satu persatu mulai terjadi, hingga bumi tak lagi senyaman dulu untuk ditinggali.

Sementara bumi sedang lara, pada tahun 2020, bumi pertiwi Indonesia diprediksikan akan mendapatkan bonus demografi (www.mpr.go.id). Pada tahun tersebut, populasi usia produktif akan melebihi kelompok usia yang lain, atau biasa disebut sebagai ledakan penduduk usia produktif. Dengan kata lain, jumlah pemuda di Indonesia akan menjadi populasi terbesar di masa depan. Tantangan ataukah harapan yang akan dihadapi nantinya? Akan membantu pemecahan atau bahkan menambah kerumitan di bumi kita?

Tak bisa dipungkiri lagi, pemuda memiliki peran strategis dalam perubahan. Pemuda amat diidentikan dengan perubahan karena pemikiran intelektualnya yang penuh dengan ide kreatif, semangat, serta keoptimisan yang tinggi. Sejarah juga mencatat peran pemuda dalam beberapa tonggak penting dalam perubahan. Pemuda merupakan kelompok masyarakat yang memiliki pengaruh terbesar. Karena itu, jika bonus demografi terjadi, maka semakin banyak jumlah pemuda yang akan mempercepat perbaikan dan penyelesaian masalah-masalah yang ada, terlebih lagi masalah lingkungan, masalah yang bukan hanya menyangkut masalah manusia namun juga keberlanjutan semua yang hidup maupun tak hidup di atas permukaan bumi.

Pemuda di era teknologi maju saat ini identik dengan aktivitasnya yang intens di dunia maya. Kehidupan mereka tidak bisa lepas dari jejaring sosial dan jaringan internet. Bahkan usia remaja adalah usia yang mendominasi dalam jumlah pengguna internet di Indonesia. Lebih dari setengah atau tepatnya 64% pengguna internet di Indonesia adalah usia remaja (www.suaramerdeka.com). Untuk itu, pengaruh media jejaring sosial pada pemuda pastinya tidak akan sebatas angin lalu. Apapun yang diopinikan oleh media jejaring sosial saat ini dengan mudahnya menjadi trend hanya dalam waktu yang singkat. Media jejaring sosial, seiring berjalannya waktu menjadi media terbaik bagi penyebaran opini, pertukaran informasi, serta media pendidikan dengan pemuda sebagai objek utamanya.

Dengan media informasi yang sudah terbuka lebar saat ini, ide yang diopinikan haruslah tepat agar menghsilkan efek yang juga akan membawa perubahan besar pada lingkungan. Mengampanyekan pemuda agar melakukan reboisasi, pengolahan limbah pabrik, hingga usaha mengahadapi perubahan iklim agaknya terlalu berat dan terlihat rumit dalam realisasinya. Hal-hal tersebut juga tidak dapat dilakukan oleh individu per individu, namun harus dalam sebuah kelompok dan beraanggotakan orang-orang expert di dalamnya. Tetapi mengenalkan dan memasyarakatkan budaya Go Green pada pemuda menjadi pilihan yang mudah, karena berawal dari diri sendiri. Namun hal ini bukanlah hal yang sepele, karena dampaknya yang ternyata tak seringan yang selama ini kita kira.

Perlu diketahui, sebenarnya lebih dari 50% sampah yang selama ini mengotori lingkungan adalah sampah rumah tangga atau sektor non indutri (green.kompasiana.com). Mungkin selama ini kita telah lama beranggapan bahwa salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan adalah pabrik-pabrik yang membuang limbahnya ke alam tanpa diolah hingga menyebabkan pencemaran di wilayah perairan. Namun sebenarnya, kebanyakan pabrik telah memiliki sistem pengolahan limbah sendiri sebelum dibuang, hingga pada akhirnya kitalah sebagai tersangka utama pencemar lingkungan dan bukan hanya di perairan, namun juga daratan bahkan udara.

Karena dampak perbuatan sektor non industri, atau individu-individu ini tidaklah sediki, maka membudayakan budaya cinta lingkungan atau Go Green lewat media jejaring sosial kepada pemuda merupakan hal yang tepat dan akan menciptakan perubahan. Pembudayaan Go Green ini akan membuat setiap pemuda memiliki jiwa cinta lingkungan dan akan melakukan semua aktivitasnya tanpa merusak lingkungan dengan kesadaran dari diri sendiri. Dengan memiliki kesadaran ini, para pemuda secara otomatis akan melakukan kegiatan-kegiatan seperti bike to campus atau bike to school, membuang sampah pada tempatnya, meminimalisir penggunaan kemasan atau kantong plastik, hingga membatasi penggunaan listrik. Hal-hal kecil ini, walaupun dampaknya tidak langsung terlihat jika dilakukan sendiri-sendiri, namun jika hal ini mulai membudaya maka dampaknya akan terlihat dengan jelas, apalagi jika dilakukan oleh banyak orang, khususnya mengingat prediksi adanya bonus demografi di Indonesia beberapa tahun kedepan.
image source: blog.fundinggates.com

Pembudayaan Go Green lewat media jejaring sosial bisa dilakukan dengan cara mengopinikan bahwa budaya Go Green adalah hal yang keren dan akan menjadi trend selanjutnya. Kita bisa membuat tulisan-tulisan di media jejaring sosial tentang kegiatan-kegiatan cinta lingkungan yang dikemas dengan menarik, serta foto-foto yang menunjukkan bahwa kegiatan cinta lingkungan bukanlah kegiatan yang membosankan. Lewat media jejaring sosial pula, kita akan menciptakan opini baru bahwa perilaku seperti menggunakan eco bag setiap berbelanja, menggunakan e-book dan e-learning untuk meminimalisir penggunaan kertas, dan hal-hal lain yang telah disebut di atas adalah contoh pemuda terpelajar yang memikirkan nasib bumi di masa depan, bukan pemuda yang cuek dan tidak peduli lingkungan. Dan yang juga penting, lewat media jejaring sosial juga kita dapat mengopinikan bagaimana keadaan bumi jika kita masih tidak peduli lingkungan, mengingatkan para pemuda itu bahwa bencana lah yang akan kita dapatkan jika bumi sudah tidak sanggup menghadapi segala siksaan manusia.

Untuk lebih jauhnya, lewat media jejaring sosial juga kita bisa membentuk badan yang bernama Indonesia Enviromental Watch (seperti Indonesia Corruption Watch) yang kritis terhadap pelanggaran lingkungan di masyarakat. Penggeraknya? Tentu saja pemeran utama dari perubahan ini yaitu para pemuda yang masih memiliki tenaga dan pemikiran yang jernih juga kritis. Nantinya, badan ini dapat mengawasi hingga memberi sanksi sosial terhadap semua pelanggar aturan dan perusak lingkungan. Badan ini bisa menjadi jalan lain yang lebih keras -jika cara yang lembut sudah tidak lagi mempan- untuk membangun kesadaran umum untuk kelanjutan masa depan lingkungan.

Kepedulian terhadap lingkungan tidak akan tercipta jika tidak ada kesadaran dari dalam diri sendiri dan dari rumah sendiri untuk memulai aksi cinta lingkungan. Dan melihat pengaruh besar media jejaring sosial kepada kelompok penduduk yang paling berpengaruh –dan nantinya juga paling banyak jumlahnya- yaitu pemuda, maka teknologi media jejaring sosial dianggap ampuh untuk membentuk kesadaran dan budaya Go Green tersebut.

Kemajuan teknologi, keadaan alam, serta jumlah dan peran besar pemuda semoga tidak menjadi pihak yang saling mengancurkan satu sama lain. Diharapka, ketiga aspek tersebut justru bisa menjadi satu kesatuan yang dapat saling membangun dan bersinergi, mewujudkan kembali lingkungan yang bersih, indah, nyaman, dan sehat. Semoga bisa meredakan amarah bumi terhadap penghuni yang tinggal diatasnya, yang terkadang lupa bagaimana caranya berterima kasih kepada alam.. [Salma Fadhilah A44130063/P.07]


Kamis, 3 Oktober 2013. Ditulis untuk lomba menulis Essay dengan tema 'Peranan Pemuda dalam Mewujudkan Kepedulian Terhadap Lingkungan' di acara TPB Fresh Care oleh BEM TPB IPB 49.

Komentar

Postingan Populer

Sekilas Tentang Arsitektur Lanskap

Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB 50

Moony Scribbler