Take a Deep Breath, and.. 17

Seventeen. Tujuh belas. 17.

Tidak terasa, waktu berjalan cepat tanpa memperdulikan para pengejar waktu. Semua yang sudah berlalu terasa cepat walaupun sebenarnya siklus tidak sedikitpun lebih cepat dari kemarin. Satu hari masih 24 jam, satu jam masih 60 menit, dan satu menit masih 60 detik. Sama sekali tidak berjalan semakin cepat ataupun lambat.

Seperti baru kemarin terjadi adegan penggigitan telinga seorang bayi tak berdosa oleh sang kakak. Tak terasa pula, sekarang bayi yang lalu berteriak menangis karena telinganya berdarah itu sudah hampir menginjak bangku SMA. Begitu juga dengan sang penggigit, yang alhamdulillah masih diberi jatah hidup sampai sekarang oleh Allah. Waktu telah membawanya melewati 16 tahun dan 11 bulan lewat di dunia. Hampir 17. Kini ia telah duduk di bangku kelas dua SMA.

Dan itu aku.

17.

Kadang terlintas di pikiran tak sempurnanya, bahwa ia tak akan pernah mau berumur 17 tahun.

Mungkin ia terpengaruh dengan pendapat bahwa umur 17 adalah umur yang sakral. Anggapan dimana jika kita sudah melewati umur 17, berarti kita telah menginjak tahap dewasa. Bukan lagi anak-anak. Punya KTP, bisa membuat SIM, sudah dianggap orang dewasa, bisa melakukan ini dan itu. Walaupun jika benar-benar difikir, ia tak akan setuju. Jelas karena islam sudah punya batasan yang juga jelas tentang ukuran dewasa plus konsekuensinya yang tidak sekedar angka dan KTP. Dan pastinya ia juga tau benar tentang itu.

Tapi tetap, rasanya enggan juga melewati angka 17 ini. Angka yang sepertinya menakutkan, berat, ia merasa tidak siap. Ingin, walaupun itu ketidakmungkinan yang semua orang tahu. Takut, walaupun itu hanya sekedar angka yang ia pun jelas tahu. Entah, rasanya masih ingin menjadi 16 tahun dan terus 16 selama apapun, selama yang ia mau…

Tentu, lebih baik memikirkan apa yang harus diperbaiki dari diri sejauh ini daripada memikirkan hal yang tak terlalu berarti. Dan yang jelas, garis kedewasaan yang sesungguhnya telah ia lewati bertahun sebelumnya. Di mata Allah, dia sudah terlebih dulu dewasa, walaupun mungkin kedewasaan itu belum jelas tercermin dari tingkah lakunya. Sejak itu semua yang dilakukan telah penuh menjadi tanggung jawabnya. Semua. Dan itu yang lebih penting. Menjadi lebih baik dan lebih baik setiap harinya. Memikirkan perubahan apa yang dilakukan untuk dirinya dan dunia esok hari.

Memikirkan pertanggungjawaban atas 17 tahun hidupnya, untuk apa ia telah pergunakan..

Dan pada akhirnya ia akan melewati hari dimana angka itu melekat padanya seperti hari-hari biasa. Juga satu tahun bahkan bertahun-tahun setelahnya tanpa ragu apapun. Seperti sekarang, yang mungkin bertahun lalu ia cemaskan..

Untuknya? Doa. Tidak lebih.

28 April 2012

Seminggu sebelum..

Komentar

Posting Komentar

Comments are welcomed! Siapa tahu pertanyaan kamu sudah pernah dijawab, jangan lupa cek dulu pertanyaan yang sering ditanya di Jawaban Pertanyaan Umum/Frequetly Asked Questions (FAQ) ya! Jangan lupa juga centang kotak "notify me"/"beritahu saya" supaya ada notification jika pertanyaannya sudah dijawab. Terimakasih :)

Postingan Populer

Agar di Kampus Tak Sekadar Kuliah

Hari ‘Kemerdekaan’ Hati

[Book Review] Student Traveler by Kak Annisa Potter