Dibawah sebuah pohon beringin disamping lapangan basket, tiga orang gadis terlihat sedang asyik mengobrol. Rimma, gadis berkacamata dengan rambut hitamnya yang bergelombang, Arlin, gadis cerewet dan pelupa, dan Luna gadis yang santai juga pintar. Mulai dari kelas satu, sampai sekarang kelas tiga SMA pun mereka selalu satu kelas. Dan mereka selalu terlihat bersama.
“ Rim, kerja kelompoknya jadi di rumah kamu ya! ” Luna berkata sambil membetulkan tali sepatunya yang lepas.
“ Nggak Tahu deh. Lihat saja nanti. Tapi kayaknya sih bisa. “
“ Tapi kapan? Kalo aku ada acara gimana! Sabtu aja ya… eh tapi sabtu aku ada acara… atau kamis… atau…” Sembur Arlin.
“ Arlin! Ngomongnya satu-satu dong! “ Potong Luna.
“ Iya deh… “ Arlin menarik nafas. Seperti ingat sesuatu, ia berdiri lalu berlari meninggalkan kedua sahabatnya yang terbengong-bengong.
“ Ada apa ya dia? “ Dahi Rimma berkerut.
“ Kumat kali, udahlah nggak usah dipikirin. Nanti juga dia balik. “ Luna terlihat santai.
Bel masuk berbunyi. Rimma dan Luna berlari-lari kecil kearah kelas. Ternyata Arlin sudah ada di dalam kelas. Duduk dengan santai, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Mungkin dia tidak tahu kalau kedua temannya tadi, terbengong-bengong karena ulahnya.
“ Pergi kemana kamu tadi? Nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba main lari aja. “
“ Kemarin, kata Bu Rani di kelas kita akan ada murid baru. “ Arlin mengambil pulpennya yang jatuh di bawah meja.
“ Pindahan gitu? “ Rimma duduk disamping Arlin.
“ Yupp! “ Arlin menganggukkan kepalanya. Lalu mencari buku catatan bahasa inggrisnya. Sepertinya sudah kumasukkan, tapi kemana ya?
Rimma membetulkan letak duduknya. “ terus, ngapain tadi kamu lari-lari? “
“ Tadi aku ke kantor nyari Bu Rani. Ya… mungkin aja anak barunya udah dateng. “ Arlin masih mencari bukunya di dalam tas. Kok nggak ada? Apa bukunya keluar sendiri dari tasku?
“ Lin! “ Luna memanggilnya. Arlin sibuk mencari bukunya hingga tidak mendengarkan.
Setelah disenggol Rimma, baru dia sadar.
“ Arlin, Dari tadi kamu sibuk sendiri. Nyari apa sih? “ Luna kesal. Dari tadi mereka mengobrol, tetapi Arlin-nya sibuk sendiri.
“ Ini… aku lagi nyari buku bahasa inggris ku. Sepertinya tadi ada, tapi sekarang kok nggak ada ya? Ada yang tahu nggak? “ Arlin memandang kedua temannya.
Rimma menggeleng-gelengkan kepalanya. “ Arlin… Arlin…” ia mengambil nafas.
“ Kenapa? Ada yang salah ? “ Belum apa-apa Arlin sudah memotong.
“ Kamu lupa ya? Tiga hari yang lalu kan bukunya dikumpulkan. “
Tengg! Arlin baru ingat. “ Oh iya.. Hehe…Aku lupa… “ Ia terkekeh sendiri.
“ Lupa sih boleh, Tapi jangan keseringan dong! “ Luna menimpali.
Bersamaan dengan itu, Bu Rani masuk ke kelas bersama seorang gadis. Seketika, kelas menjadi hening.
“ Selamat pagi anak-anak! Hari ini kelas kita kedatangan murid baru. Dia pindahan dari Bandung. Nanti kalian boleh berkenalan. Sekarang ibu tinggal dulu, ibu ada urusan ” Setelah Bu Rani Keluar, kelas menjadi Ramai kembali.
Saat istirahat, Rimma, Arlin dan Luna kembali mengobrol di bawah pohon Beringin. Mereka mengobrolkan tentang gosip paling hangat dikelas mereka. Laura. Murid baru di kelas mereka yang katanya pindahan dari bandung itu. Bukan hanya cantik, tapi dia juga ramah pada semua orang.
“ Tau nggak, Laura itu baik banget loh. Tadi, waktu pulpenku habis, dia yang meminjamiku. “ Rimma menendang-nendang kerikil didepannya.
“ Kayaknya dia juga enak diajak ngobrol. “ Luna menambahkan.
“ Pasti banyak cowok-cowok yang ngantri. Hehehe… “ Mereka bertiga terdiam.
“ Oh iya… Nanti kan ada ulangan fisika. Udah pada belajar belum? “
“ Belum sih. Emang kemarin Bu Nila nerangin sampai mana? ” Rimma balik bertanya.
” Sampai... ”
Lalu obrolan mereka beralih pada pelajaran fisika.
Esok paginya, Arlin dan Luna ada di bawah pohon beringin. Mereka sedang menunggu Rimma. Biasanya setiap pagi, mereka selalu mengobrol disana sampai pelajaran dimulai. Rimma tidak kunjung datang. Tidak berapa lama, mereka berdua masuk ke kelas. Ternyata, Rimma dan Laura sedang mengobrol di kelas. Kata Rimma, mereka berdua bertemu di gerbang, lalu Laura maminta Rimma mengantarnya untuk melihat-lihat sekeliling sekolah. Mulai saat itu, Rimma jadi sangat dekat dengan Laura. Mungkin karena Rimma duduk sebangku dengan Laura. Tetapi, Rimma jadi tidak pernah lagi mengobrol dibawah pohon beringin bersama kedua sahabatnya. Rimma lebih banyak bersama anak baru itu.
Sudah seminggu sejak kejadian itu. Hubungan mereka jadi makin renggang. Jika dibiarkan seperti ini terus, per sahabatan mereka akan putus.
“ Na, kayaknya Rimma bukan sahabat kita lagi deh. “ Arlin berkata sambil menundukkan kepalanya. “ Semua ini gara-gara Laura. Sebelum ada dia, kita bertiga nggak pernah bertengkar seperti ini. ”
“ Jangan bilang gitu dong Lin. Laura nggak salah. Sebagai anak baru yang nggak punya teman sama sekali disini, dia berhak berteman dengan siapa aja. Siapa bilang kita bertengkar. Kita cuma ada masalah sedikit. Persahabatan kita masih bisa lanjut kok. “
“ Caranya? “ Arlin mengangkat kepalanya.
“ Kita bilang baik-baik, kalau kita masih mau persahabatan kita ini lanjut terus. Dan kita nggak mau persahabatan kita ini putus gara-gara masalah sepele. Dia boleh berteman dengan siapa aja, termasuk dengan Laura. Tapi dia nggak boleh ngelupain kita. Ingetin dia waktu kita kelas satu, kita pernah janji untuk jadi Friends Forever. Ya nggak? “
“ Iya sih, “ Arlin mengiyakan. “ Tapi kalau dia nggak mau ngerti gimana? “
“ Dicoba dulu. Kalau nggak berhasil baru kita cari cara lain. Kalau belum dicoba, mana bisa kita tahu cara ini berhasil atau tidak, kan? “ Luna selalu bisa memberi solusi.
Saat itu masih pagi. Arlin dan Luna menunggu Rimma di kelas. Tak usah menunggu lama lagi, Rimma datang dengan senandung kecil yang keluar dari bibirnya. Di depan pintu, Rimma sedikit terkejut. Ia berhenti saat melihat kedua sahabatnya menunggu. Tanpa basa-basi lagi, Arlin dan Luna mengajak Rimma ke tempat mereka biasa mengobrol. Di bawah pohon beringin yang tumbuh di samping lapangan basket.
“ Rimm, sebelumnya maafin kita kalau kita ada salah. “ Luna mengawali. “ selama ini kita selalu bersama-sama. Tapi akhir-akhir ini kamu agak jauh dari kita. Aku mau kita seperti dulu lagi. “
“ Maaf ya, Aku udah bikin persahabatan kita jadi hancur. Sebenarnya aku mau bicara ke kalian. Tapi aku takut. Gimana kalau kita bertiga nerima Laura buat gabung sama kita. Dia ingin jadi sahabat kita juga. Disini dia belum punya teman. “
“ Kenapa kamu nggak bilang dari kemarin-kemarin. Kalau begitu ceritanya, kita nggak usah marahan gini kan. Kalau aku sih setuju. Tapi kalau Arlin? “
“ Aku setuju juga. “ Arlin tersenyum.
Tanpa disadari, Laura sudah berada di belakang mereka.
Laura tersenyum “ Terima kasih teman-teman. Kalian sudah mau menerimaku disini.”
Mereka ber empat tersenyum gembira. Sekarang semua masalah sudah selesai.
Tiba-tiba Arlin berlari menuju kelas.
“ Kumat lagi nih anak. Kukira sudah sembuh. “ Luna mendengus.
“ Kenapa Liin! ” Rimma Berteriak.
“ Aku belum mengerjakan PR Matematikaa!!” Arlin berteriak sambil terus berlari. Untuk kedua kalinya, mereka bingung karena ulah Arlin sahabat mereka.
originally posted at: http://salmafadhilah.multiply.com/
Komentar
Posting Komentar
Comments are welcomed! Siapa tahu pertanyaan kamu sudah pernah dijawab, jangan lupa cek dulu pertanyaan yang sering ditanya di Jawaban Pertanyaan Umum/Frequetly Asked Questions (FAQ) ya! Jangan lupa juga centang kotak "notify me"/"beritahu saya" supaya ada notification jika pertanyaannya sudah dijawab. Terimakasih :)